Aku Sedang Malas

Posted: 17 Maret 2016 in Tak Berkategori

Mataku cukup lama memandang langit-langit kamar, woh saatnya istirahat. Ketika ingin melanjutkan tidur, aku pikir sia-sia saja, aku sudah tidak mengantuk. Jam menunjukan pukul 10 pagi. Andai saja Dian sastro sedikit meluangkan waktunya untuk mengeloniku, mungkin saja aku bisa berubah pikiran dan akan tidur. Namun itu sedikit mustahil, kalau kata abang-abang aktipis kiri, itu utopis.

 

Aku beranjak dari kasur, memanggil ibu, seperti biasa aku merengek untuk makan, nampaknya jam segini ibu sudah keluar rumah, pergi ketetangga untuk bergosip. Ya luar biasa memang ibu-ibu dikompleku, jam pagi sudah merelakan waktu untuk membicarakan kasus saiful jamil. Ya kasus bang ipul masih menjadi pondasi untuk memulai forum perbincangan dikalangan ibu-ibu. Tapi tak apa, sebab ditahun sekarang sudah bukan jamannya lagi pelarangan berkumpul, berdiskusi dan berorganisasi, eh nampaknya kasus belok kiri fest menjadi pengecualian. Oh iya satu kata lawan.

 

Kembali kemasalah perut, saat kubuka tudung saji, alhamdulillah tidak ada apa-apa. Kosong seperti hati ini, hmm terdengar suara oooowwwhhh dari sudut atas. yasudah biar waktu ini tidak terbuang percuma, aku akan habiskan dengan menulis, karena kalau kata aan mansyur penulis buku melihat api bekerja, “menulis adalah perang melawan sepi” ya aku merasa kesepian ditinggal sepiring sarapan.

 

Jariku kembali mengetik, “ah.. sudah lama, terasa sedikit kaku” gumamku sambil tersenyum kecut, telunjuk, jari tengah, dan jempol kini kembali bekerja sama menekan keyboard laptop yang baru saja kuambil dari gedung pegadaian. Jaritengah yang biasanya kugunakan untuk mengacungkan untuk nasabah yang brengsek dan atasan yang keparat kini sedikit taubat dengan belajar untuk kembali mengetik.

 

Sedang asik menulis, tuhan sedikit iseng dengan mengganti udara yang tadi dingin, sekarang menjadi sedikit panas untuk ukuran tubuhku yang gempal, “ ah andai ada jus semangka” pikirku. Aku masih asik mengetik, seperti ada signal positif antara otak dan jariku. Dalam lima menit saja sudah 7465 karakter dalam word. Pikiranku semakin dalam beronani, seperti ada yang menyambungkan kabel dan panel dalam otak ini. “ini jus semangkanya” sebuah suara datang dari belakang. Tiba-tiba udara menjadi dingin bak sikap perempuan yang telah berlebihan dikhianati, lalu muncul sosok pria menyodorkan jus semangka dihadapanku. “lanjut menulis lagi nih?” ujarnya.

 

“Brengsek, kau mengagetkanku!” kutukku.

“ hahaha… aku datang, karna kau menulis lagi” jawabannya, terasa sangat menyidirku.

 

Aku menutup laptop, mengambil rokok disaku lalu membakarnya. Dia nampaknya bingung karena aku tak langsung menjawab pertanyaannya. Dua tiga hembusan asap yang sudah keluar menjadi awan dilangit-langit kamar, aku membuka percakapan lagi.

 

“aku sedang sakit, kutinggalkan sebentar rutinitasku yang membosankan, aku lelah”

“kau tak mencintai pekerjaanmu?” tanyanya.

“diam, aku mau menyelesaikan tulisan ini dulu, lebih baik kau minggir, oh iya terimakasih jus semangkanya”

“baiklah”

“sebentar”

“ya, kenapa?”

“aku menyesal hanya ingin jus semangka, seharusnya vodka dingin dan dunhill hitam”

“hahaha.. ya ketika kau menulis lagi, aku bawakan vodka dan dunhill hitam”

“sebentar”

“ya ada apa lagi tuanku?”

Aku hisap dalam-dalam rokok persis seperti hisapan aidit ke cerutunya dalam film pengkhianatan G30SPKI.

 

“apakah dia masih mencintaiku?” tanyaku tanpa memandang wajahnya, karena dia memang tak memiliki wajah.

“hahaha… bodoh kau, lupakan dia, wanita yang sedang kau dekati sekarang jauh lebih baik, percaya padaku”

“oh begitu”

 

Dia berlalu menghilang. Orang gila itu pandai juga menebak isi hatiku, sebetulnya dia bukan orang gila, namun aku senang menyebutnya begitu. Udara kembali panas ketika orang gila itu pergi.

 

Udara semakin panas, aku nyalakan kipas angin yang menempel didinding. “Ah adem” rasanya seperti ditiup telingaku oleh dian sastro. Semilirnya berasa pakai freshcare dijidat kiri dan pakai balsem cap kaki tiga dijidat kanan, semeriwing. Sedang asik ditipudaya fantasi herbal, tiba-tiba saja aku teringat dua rekan kerja yang sekarang mungkin sedang panas-panas survey di desa yang entah dimana. Seharusnya mereka juga ijin sakit sepertiku, biar tahu rasanya terbebas dari cengkraman kapitalis yang sedang menuju kebangkrutan.

 

Aku sedang malas, entah malaikat apa yang menghinggapiku kini, yang jelas aku berterimakasih, “sedikit istirahat tak akan membuat anda miskin” Kira-kira begitulah ujar penjaga konter pulsa yang sering aku hutangi.  Telepon dari pagi hingga kini jam 14.32 sudah berdering 243 kali, mungkin lebay tapi intinya berdering, separuhnya telepon urusan kerja, dan separuhnya hp minta dicharge.

 

Aku malas, untuk sekedar menyentuh hape saja malas. Lagi pula wanita yang sedang aku incar juga sedang sibuk dengan kerjaanya. Jadi untuk apa aku memegang hape?

 

Aku malas, untuk sekedara berfikir lanjutan tulisan ini. Oke cukup sekian yah. Sebab aku sedang malas.

Komentar
  1. Tulisanmu bangkai so, bangkai secara positif. Keren. Apik cuk! kenapa dian sastro diajak kelonan, hahahaa itu kenapa penjaga konter dibahas juga? haha tulisane aan mansyur sing bekerja melihat api aku durung maca hahaha X)

    Apik so. Lanjutkan!

    Suka

Tinggalkan komentar